Senin, 30 Juni 2014

makalah fisiologi laktasi



MAKALAH
 “FISIOLOGI LAKTASI”







OLEH :
DEFI ANGGRAINI
ISRA JADEA
MERI FRAWILFA SARI
MIRA YOSIANA
SYINTIA ZAHARA
WENI WIRDAHAYU

DOSEN PEMBIMBING : DEVI SYARIEF,S.Si.T,M.Keb



PRODI DIII KEBIDANAN
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
TAHUN AJARAN 2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan karunia-Nya Makalah Fisiologi Laktasi ini dapat penulis selesaikan tepat waktu. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Ibu Devi Syarief,S.Si.T,M.Keb yang telah memberikan arahan dalam pembuatan makalah ini.
Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
     Padang , Juni 2014


     Penulis















BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Setiap manusia pada umumnya mempunyai payudara, tetapi antara laki-laki dan perempuan berbeda dalam fungsinya. Payudara yang matang adalah salah satu tanda kelamin sekunder dari seorang gadis dan merupakan salah satu organ yang indah dan menarik. Untuk mempertahankan kelangsungan hidup keturunannya, maka organ ini menjadi sumber utama dari kehidupan, karena air susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling penting pada bulan-bulan pertama kehidupan.
Menjelang akhir kehamilan, kelenjar mamae Ibu berkembang penuh untuk menyusui, tetapi hanya beberapa mililiter cairan di sekresi setiap hari sampai setelah bayi di lahirkan cairan ini di namakan kolostrum.. Penting untuk diketahui oleh ibu-ibu supaya menyususi harus dilaksanakan berdasarkan permintaan/kebutuhan bayinya dan dilaksanakan secara teratur sepanjang hari baik pagi maupun malam hari. Hal ini yang merupakan hambatan paling besar untuk ibu-ibu, terutama ibu-ibu yang bekerja atau bagi ibu-ibu di negara-negara maju, yang mengalami kesulitan dalam mengikuti pola menyusui yang demikian ketat. Tetapi, meskipun demikian, harus diketahui bahwa ibu-ibu yang sudah melaksanakan pola laktasi yang ketat itu, tetap saja antara 3-12 % akan menjadi hamil lagi sebelum kembalinya haid pertama setelah melahirkan.
Laktasi bukan merupakan metode kontrasepsi yang dapat diandalkan. Ironinya, banyak wanita yang tidak menyadari hal ini, dan masih banyak ibu-ibu yang baru melahirkan yang tidak mendapatkan informasi maupun konseling mengenai keluarga berencana.

B.        Rumusan Masalah
1.      Bagaimana struktur anatomi payudara wanita?
2.      Bagaimana tahap perkembangan payudara?
3.       Apa yang dimaksud dengan kolostrum?
4.      Bagaimana fisiologi laktasi?
5.      Bagaimana perana bidan dalam pemberian ASI?
6.      Apakah yang diamksud dengan ASI?
7.        Apakah yang dimaksud dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)?
8.        Bagaimanakah agar bayi mendapat ASi Eksklusif?
9.        Apa manfaat ASI Eksklusif?
10.  Apa sajakah masalah yang sering ada pada saat menyusui?

C.      Tujuan penulisan
1.       Agar dapat menambah wawasan dan mengenal lebih dalam lagi payudara kita.
2.      Apa yang kita pelajari dan amati bisa membantu kepada setiap orang yang bermasalah dalam organ mamaenya masing- masing.
3.      Agar kita dapat mengetahui betapa penting laktasi
4.      Mengetahui bagaimana proses dan perawatan laktasi
5.       Agar kita dapat mengetahui tentang payudara dan susunan-susunan payudara sehingga kita atau seprang Ibu dapat merawat dan menjaga kesehatan payudaranya.
6.      Khususnya seorang Ibu agar mengetahui tentang kolostrum dan kandungan gizi yang terdapat dalam ASI.
7.      Untuk memenuhi tugas Semester Pendek Biologi Reproduksi











BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Payudara
Payudara adalah  Organ tubuh yang terletak  bagian bawah kulit dan di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Dengan kata lain, payudara terletak di dinding depan fasia superfisialis antara tulang dada sampai tulang iga ke enam, bentuknya cembung ke depan bervariasi dan di tengahnya terdapat putting susu yang terdiri dari kulit dan jaringan erektil (Maryunani, 2010). . Payudara manusia berbentuk kerucut tapi sering kali berukuran tidak sama.Payudara dewasa beratnya kira-kira 200 gram, yang umumya lebih besar dari yang kanan. Pada waktu hamil payudara membesar, mencapai 600 gram pada waktu menyusui mencapai 800 gram.

https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQc5dJqq1RJedLSLzXIHITnsg7uoYV3XJjd7R01VgfpCzMWX-Vi
Gambar Anatomi Payudara

Ada tiga bagian utama payudara, yaitu :
1. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar
2. Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah
3. Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.

Puting payudara dikelilingi oleh areola, suatu daerah berpigmen yang ukurannya bervariasi, yang bertambah gelap saat hamil serta kaya akan pasokan pembuluh darah dan serat saraf sensorik.
Disekitar puting payudara terdapat tuberkel Montgomeri, kelenjar sebasea yang mengalami hipertrofi dan menjadi menonjol saat hamil, menghasilkan pelumas dan memberi perlindungan. Pemakaian sabun dalam jumlah besar dapat meningkatkan risiko kerusakan puting payudara, terutama kekeringan dan retak. Kepekaan puting payudara dan daerah di sekitarnya sangat meningakt segera setelah persalinan. Persiapan menyebabkan influks implus saraf aferen ke hipotalamus yang mengontrol laktasi dan perilaku ibu.
Dalam korpus mamae terdapat alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Alveolus terdiri dari beberapa sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah. Beberapa alveolus mengelompok membentuk lobules (kelenjar sekresi) kemudian beberapa lobulus berkumpul menjadi 15-20 buah lobulus pada tiap payudara.
Dari alveolus, ASI disalurkan ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa saluran kecil bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus). Di bawah areola saluran besar melebar disebut Sinus Laktiferus. Akhirnya, semua memusat ke dalam putting bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi memompa ASI keluar.

https://encrypted-tbn3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRzdXxivIRuiYjedohaU_B5NR1X1Uxq-6c5haLff0NDGh48-GKz
Gambar: payudara retro areola

Pada retro areolar ini, duktus yang berdilatasi itu menjadi lembut, kecuali selama masa menyusui, ia akan mengalami distensi. Masing-masing duktus ini tak berisi, dan mempunyai satu bukaan ke arah puting (duktus eksretorius). Tiap lobus dibagi menjadi 50-75 lobulus, yang bermuara ke dalam suatu duktus yang mengalirkan isinya ke dalam duktus aksretorius lobus itu. Diantara kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga diantara kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan lemak. Diantara lobulus tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligamentum Cooper yang merupakan tonjolan jaringan payudara yang bersatu dengan lapisan luar fasia superfisialis yang berfungsi sebagai struktur penyokong dan memberi rangka untuk payudara.
Payudara mendapat perdarahan dari :
1.    Cabang-cabang perforantes a.mammaria interna.
Cabang-cabang I, II, III, dan  IV dari a. mammaria interna menembus dinding dada dekat pinggir sternum pada interkostal yang sesui, menembus m.pektoralis mayor dan memberi pendarahan tepi medial glandula mamma.
2.    Rami pektoralis a. thorako-akromialis
Arteri ini berjalan turun diantara m. pektoralis minor dan m. pektoralis mayor. Pembuluh ini merupakan pembuluh utama m. pektoralis mayor, arteri ini akan mendarahi glandula mamma bagian dalam (deep surface).
3.    A. thorakalis lateralis (a. mammaria eksterna)
Pembuluh darah ini jalan turun menyusuri tepi lateral m. pektoralis mayor untuk mendarahi bagian lateral payudara.
4.    thorako-dorsalis
Pembuluh darah ini merupakan cabang dari a. subskapularis. Arteri ini mendarahi m. latissimus dorsi dan m. serratus magnus. walaupun arteri ini tidak memberikan pendarahan pada glandula mamma, tetapi sangat penting artinya. Karena pada tindakan radikal mastektomi, perdarahan yang terjadi akibat putusnya arteri ini sulit dikontrol, sehingga daerah ini dinamakan ”the bloody angel”.
5.    Vena
Pada daerah payudara, terdapat tiga grup vena :
1.      Cabang-cabang perforantes v. mammaria interna
Vena ini merupakan vena terbesar yang mengalirkan darah dari payudara. Vena ini bermuara pada v. mammaria interna yang kemudian bermuara pada v. innominata.
2.      Cabang-cabang v. aksillaris
Terdiri dari v. thorako-akromialis, v. thorakalis lateralis dan v. thorako-dorsalis.
3.      Vena-vena kecil yang bermuara pada v. interkostalis.
Vena interkostalis bermuara pada v. vertebralis, kemudian bermuara pada v. azygos (melalui vena-vena ini metastase dapat langsung terjadi di paru)
             
Sistem limfatik pada payudara terdiri dari:
1.      Pembuluh getah bening Pembuluh getah bening aksilla :
Pembuluh gatah bening aksilla ini mengalirkan getah bening dari daerah- daerah sekitar areola mamma, kuadran lateral bawah dan kuadran lateral atas payudara. Pembuluh getah bening mammaria interna: Saluran limfe ini mengalirkan getah bening dari bagian dalam dan medial payudara.
Pembuluh ini berjalan di atas fasia pektoralis lalu menembus fasia tersebut dan masuk ke dalam m. pektoralis mayor. Lalu jalan ke medial bersama-sama dengan sistem perforantes menembus m. interkostalis dan bermuara ke dalam kelenjar getah bening mammaria interna. Dari kelenjar mammaria interna, getah bening mengalir melalui trunkus limfatikus mammaria interna. Sebagian akan bermuara pada v. kava, sebagian akan bermuara ke duktus thorasikus (untuk sisi kiri) dan duktus limfatikus dekstra (untuk sisi kanan).
Pembuluh getah bening di daerah tepi medial kuadran medial bawah payudara. Pembuluh ini berjalan bersama-sama vasa epigastrika superior, menembus fasia rektus dan masuk ke dalam kelenjar getah bening preperikardial anterior yang terletak di tepi atas diafragma di atas ligamentum falsiform. Kelenjar grtah bening ini juga menampung getah bening dari diafragma, ligamentum falsiforme dan bagian antero-superior hepar. Dari kelenjar ini, limfe mengalir melalui trunkus limfatikus mammaria interna.
Payudara mengalami 3 macam perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak pubertas, pengaruh estrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus. Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata.
Selama beberapa hari menjelang menstruasi, payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu menstruasi mulai, semuanya berkurang. 5 Perubahan ketiga terjadi pada waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan, payudara menjadi besar karena epitel ductus lobul dan ductus alveolus berploliferasi, dan tumbuh ductus baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu (trigger) laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui ductus ke puting susu.
 Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang dan terbenam (inverted). Puting payudara dikelilingi oleh areola mamae , suatu daerah berpigmen yang ukurannya bervariasi, yang bertambah gelap saat hamil serta kaya akan pasokan pembuluh darah dan serat saraf sensorik. Disekitar puting payudara terdapat tuberkel Montgomeri, kelenjar sebasea yang mengalami hipertrofi dan menjadi menonjol saat hamil, menghasilkan pelumas dan memberi perlindungan. Pemakaian sabun dalam jumlah besar dapat meningkatkan risiko kerusakan puting payudara, terutama kekeringan dan retak. Kepekaan puting payudara dan daerah di sekitarnya sangat meningakt segera setelah persalinan. Persiapan menyebabkan influks implus saraf aferen ke hipotalamus yang mengontrol laktasi dan perilaku ibu.


Gambar: Bentuk-bentuk putting susu
Namun, bentuk- bentuk puting ini tidak selalu berpengaruh pada proses laktasi, karena pada dasarnya bayi menyusu pada payudara ibu bukan pada puting. Pada beberapa kasus dapat terjadi dimana putting tidak lentur, terutama pada bentuk puting tebenam, sehingga butuh penanganan khusus.

B.  Fisiologi Laktasi
Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi ASI (prolaktin) dan pengeluaran ASI (oksitosin). Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu, dan berakhir ketika mulai menstruasi. Hormon yang berperan adalah hormon esterogen dan progesteron yang membantu maturasi alveoli. Sedangkan hormon prolaktin berfungsi untuk produksi ASI.
Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI belum keluar karena pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi. Kadar estrogen dan progesteron akan menurun pada saat hari kedua atau ketiga pasca persalinan, sehingga terjadi sekresi ASI.
Pada proses laktasi, terdapat dua refleks yang berperan, yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran yang timbul akibat perangsangan putting susu dikarenakan hisapan bayi



https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQPm3CMDGPBBAqSaWK8RDJKEIqdIDV0jpwPVMfDk-uGaI3qmhQGoQ
Gambar : Refleks hormon laktasi
1.      Refleks Prolaktin
Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum, tetapi jumlah kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang masih tinggi. Pasca persalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum maka estrogen dan progesteron juga berkurang.
Hisapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang payudara, karena ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan akan menekan pengeluaran faktor penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor pemacu sekresi prolaktin
Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung.
Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke 2 – 3. Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti: stress atau pengaruh psikis, anastesi, operasi dan rangsangan puting susu.
2. Refleks Aliran (Let Down Reflek)
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior (neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat, keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus dan selanjutnya mengalir melalui duktus lactiferus masuk ke mulut bayi
Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalah: melihat bayi, mendengarkan suara bayi mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi. Faktor-faktor yang menghambat reflek let down adalah stress seperti keadaan bingung, cemas, pikiran kacau, dan takut.
Mekanisne hisapan bayi
Bayi yang sehat mempunyai 3 refleksi intrinsik, yang diperlukan untuk berhasilnya menyusui seperti:
a)      Refleksi mencari (Rooting reflex)
Payudara ibu yang menempel pada pipi atau derah sekeliling mulut merupakan rangsangan yang menimbulkan refleks mencari pada bayi. Ini menyebabkan kepala bayi berputar menuju puting susu yang menempel tadi diikuti dengan membuka mulut dan kemudian puting susu ditarik masuk ke dalam mulut.
b)      Refleks mengisap (Sucking reflex)
Tehnik menyusui yang baik adalah apabila kalang payudara sedapat mungkin semuanya masuk ke dalam mulut bayi, tetapi hal ini tidak mungkin dilakukan pada ibu yang kalang payudaranya besar. Untuk itu maka sudah cukup bila rahang bayi supaya menekan sinus laktiferus yang terletak di puncak kalang payudara di belakang puting susu. Tidak dibenarkan bila rahang bayi hanya menekan puting susu saja, karena bayi hanya dapat mengisap susu sedikit dan pihak ibu akan timbul lecet-lecet pada puting susunya.
Puting susu yang sudah masuk ke dalam mulut dengan bantuan lidah, di mana lidah dijulurkan di atas gusi bawah puting susu ditarik lebih jauh sampai pada orofaring dan rahang menekan kalang payudara di belakang puting susu yang pada saat itu sudah terletak pada langit-langit keras (palatum durum).
Dengan tekanan bibir dan gerakan rahang secara berirama, maka gusi akan menjepit kalang payudara dan sinus laktiferus, sehingga air susu akan mengalir ke puting susu, selanjutnya bagian belakang lidah menekan puting susu pada langit-langit yang mengakibatkan air susu keluar dari puting susu. Cara yang dilakukan oleh bayi ini tidak akan menimbulkan cedera pada puting susu.
c)      Refleks menelan (Swallowing reflex)
Pada saat air susu keluar dari puting susu, akan disusul dengan gerakan mengisap (tekanan negatif) yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi, sehingga pengeluaran air susu akan bertambah dan diteruskan dengan mekanisme menelan masuk ke lambung. Keadaan akan terjadi berbeda bila bayi diberisusu botol di mana rahang mempunyai peranan sedikit di dalam menelan dot botol, sebab susu dengan mudah mengalir dari lubang dot.
Dengan adanya gaya berat, yang disebabkan oleh posisi botol yang dipegang ke arah bawah dan selanjutnya dengan adanya isapan pipi (tekanan negatif) kesemuanya ini akan membantu aliran susu, sehingga tenaga yang diperlukan oleh bayi untuk mengisap susu menjadi minimal.
 Kebanyakan bayi-bayi yang masih baru belajar menyusui pada ibunya, kemudain dicoba dengan susu botol secara bergantian, maka bayi tersebutkan menjadi bingung puting (nipple confusion). Sehingga sering bayi menyusu pada ibunya, caranya menyusui seperti mengisap dot botol, keadaan ini berakibat kurang baik dalam pengeluaran air susu ibu. Oleh karena itu kalau terpaksa bayi tidak bisa langsung disusui oleh ibunya pada awal-awal kehidupan, sebaiknya bayi diberi minum melalui sendok, cangkir atau pipet, sehingga bayi tidak mengalami bingung putting.
4.      Pengeluaran ASI (Oksitosin)
           Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat pada glandula pituitaria posterior, sehingga keluar hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel miopitel di sekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong ASI masuk dalam pembuluh ampula. Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada duktus. Bila duktus melebar, maka secara reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis

C.     Dukungan Bidan dalam Pemberian ASI
Bidan dapat memberikan dukungan dalam pemberian ASI, dengan:
1.      Memberikan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama beberapa jam pertama.
Bayi mulai menyusui sendiri setelah lahir, sering disebut inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini. Hal ini merupakan peristiwa penting, dimana bayi dapat melakukan kontak kulit langsung dengan ibunya dengan tujuan dapat memberikan kehangatan. Selain itu, dapat membangkitkan hubungan/ikatan antara ibu dan bayi. Pemberian ASI seawal mungkin lebih baik, jika memungkinkan paling sedikit 30 menit setelah lahir.
2.      Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum yang timbul.
Tujuan dari perawatan payudara untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu, sehingga pengeluaran ASI lancar. Perawatan payudara dilakukan sedini mungkin, bahkan tidak menutup kemungkinan perawatan payudara sebelum hamil mulai dilakukan sebelum menyentuh puting susu, pastikan tangan ibu selalu bersih dan cuci tangan sebelum menyusui. Kebersihan payudara paling tidak dilakukan minimal 1 kali dalam sehari, dan tidak diperkenankan mengoleskan krim, minyak, alkohol ataupun sabun pada puting susu.
3.       Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.
Membantu ibu segera untuk menyusui bayinya setelah lahir sangatlah penting semakin sering bayi mengisap puting susu ibu, maka pengeluaran ASI juga semakin lancar. Hal ini disebabkan, isapan bayi akan memberikan rangsangan pada hipofisis untuk segera mengeluarkan hormon oksitosin yang bekerja merangsang otot polos untuk memeras ASI. Pemberian ASI tidak terlepas dengan teknik/posisi ibu dalam menyusui.
Posisi menusui dapat dilakukan dengan:
1)      Posisi berbaring miring
Posisi ini baik dilakukan pada saat pertama kali atau ibu dalam keadaan lelah/nyeri.
2)      Posisi duduk
Pada saat pemberian ASI dengan posisi duduk dimaksudkan untuk memberikan topangan/sandaran pada punggung ibu dalam posisi tegak lurus (90 derajat) terhadap pangkuannya. Posisi ini dapat dilakukan dengan bersila diatas tempat tidur/lantai/duduk di kursi.
3)       Posisi ibu tidur terlentang
Seperti halnya pada saat dilakukan inisiasi menyusu dini, maka posisi ini juga dapat dilakukan oleh ibu. Posisi bayi berada diatas dada ibu diantara payudara ibu.
Tanda –tanda bayi bahwa telah berada pada posisi yang baik pada payudara, antara lain:
a) Seluruh tubuhnya berdekatan dan terarah pada ibu.
b) Mulut dan dagu bayi berdekatan dengan payudara.
c)  Areola tidak akan tampak jelas
d) Bayi akan melakukan hisapan lamban dan dalam , dan menelan ASInya.
e)  Bayi terlihat senang dan tenang.
f)  Ibu tidak akan merasa nyeri pada daerah payudaranya.
4)   Menempatkan bayi didekat ibu pada kamar yang sama (rawat gabung).
Rawat gabung merupakan salah satu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan bersama dalam ruangan selama 24 jam penuh.




Manfaat rawat gabung dalam proses laktasi dapat dilihat dari:
 a)      Aspek fisik
Kedekatan ibu dengan bayinya dapat mempermudah bayi menyusu setiap saat, tanpa jadwal. Dengan demikian, semakin sering bayi menyusu maka ASI segera keluar.
 b)       Aspek fisiologis
Bila ibu selalu dekat dengan bayinya, maka bayi lebih sering disusui sehingga bayi mendapatkan nutrisi alami dan kecukupan ASI. Refleks oksitosin yang ditimbulkan dari proses menyusui akan membantu involusio uteri dan produksi ASI akan dipacu oleh refleks prolaktin. Selain itu, berbagai penelitian menyatakan bahwa dengan ASI eksklusif dapat menjarangkan kehamilan/atau dapat digunakan sebagai KB alami.
     c)      Aspek psikologis
Rawat gabung dapat menjalin hubungan baik antara ibu dan bayi atau proses lekat ( early in fant mother bounding). Hal ini disebabkan oleh adanya sentuhan badanniah ibu dan bayi. Kehangatan tubuh ibu memberikan stimulasi mental yang diperlukan bayi, sehingga mempengaruhi kelanjutan perkembangan psikologis bayi. Ibu yang dapat memberikan ASI secara eksklusif merupakan kepuasan tersendiri.
d)      Aspek edukatif
Rawat gabung memberikan pengalaman bagi ibu dalam hal cara merawat bayi dan merawat dirinya sendiri pasca melahirkan. Pada saat dorongan suami dan keluarga sangat dibutuhkan ibu.
e)      Aspek ekonomi
Rawat gabung tidak hanya memberikan manfaat pada ibu maupun keluarga, tetapi juga untuk rumah sakit maupun pemerintah. Hal ini merupakan suatu penghematan dalam pembelian susu buatan dan peralatan lain yang di butuhkan.
f)   Aspek medis
Pelaksanaan rawat gabung dapat mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Selain itu, ibu dapat melihat perubahan fisik atau prilaku bayinya yang menyimpang dengan cepat sehingga dapat segera menanyakan kepada petugas kesehatan sekiranya ada hal-hal dianggap tidak wajar.

5) Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin.
Pemberian ASI sebaiknya sesering mungkin tidak perlu dijadwal, bayi disusui sesuai dengan keinginan (on demand). Bayi dapat menentukan sendiri kebutuhannya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan asi dalam lambung akan kosong dalam 2 jam. Menyusui yang dijadwalkan akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi berikutnya.
6)  Memberikan kolostrum dan ASI saja.
ASI dan kolostrum merupakan makanan yang terbaik untuk bayi. Kandungan dan komposisi ASI sangat sesuai dengan kebutuhan bayi pada keadaan masing-masing ASI dari ibu yang melahirkan prematur sesuai dengan kebutuhan prematur dan juga sebaliknya ASI dari ibu yang melahirkan cukup bulan maka sesuai dengan kebutuhan bayi cukup bulan juga.
7) Menghindari susu botol dan dot/empeng bayi.
Pemberian susu dengan botol dan kempengan dapat membuat bayi binggung dan menolak menyusu atau hisapan bayi kurang baik. Hal ini disebabkan, mekanisme menghisap dari puting susu ibu dengan botol jauh berbeda.

D.    Air Susu Ibu (ASI)
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi. Komposisi asi tidak sama berdasarkan waktu ke waktu, hal ini berdasarkan  stadium laktasi.



ASI dibedakan dalam tiga stadium yaitu:
1.      Kolustrum,
Kolustrum adalah air susu yang pertama kali keluar. Kolustrum ini disekresi oleh kelenjar payudara pada hari pertama sampai hari ke empat pasca persalinan. Kolustrum merupakan cairan dengan viskositas kental , lengket dan berwarna kekuningan. Kolustrum mengandung tinggi protein, mineral, garam, vitamin A, nitrogen, sel darah putih dan antibodi yang tinggi daripada ASI matur. Selain itu, kolustrum masih mengandung rendah lemak dan laktosa.
Protein utama pada kolustrum adalah imunoglobulin (IgG, IgA dan IgM), yang digunakan sebagai zat antibodi untuk mencegah dan menetralisir bakteri, virus, jamur dan parasite. Meskipun kolostrum yang keluar sedikit menurut ukuran kita, tetapi volume kolostrum yang ada dalam payudara mendekati kapasitas lambung bayi yang berusia 1-2 hari. Volume kolostrum antara 150-300 ml/24 jam. Kolostrum juga merupakan pencahar ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bagi bayi makanan yang akan datang.
      2.  ASI Transisi / Peralihan
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke-4 sampai hari ke-10. Selama dua minggu, volume air susu bertambah banyak dan berubah warna serta komposisinya. Kadar imunoglobulin dan protein menurun, sedangkan lemak dan laktosa meningkat.
      3.  ASI Matur
ASI matur disekresi pada hari ke sepuluh dan seterusnya. ASI matur tampak berwarna putih. Kandungan ASI matur relatif konstan, tidak menggumpal bila dipanaskan.
Air susu yang mengalir pertama kali atau saat lima menit pertama disebut foremilk. Foremilk lebih encer. Foremilk mempunyai kandungan rendah lemak dan tinggi laktosa, gula, protein, mineral dan air. Selanjutnya, air susu berubah menjadi hindmilk. Hindmilk kaya akan lemak dan nutrisi. Hindmilk membuat bayi akan lebih cepat kenyang. Dengan demikian, bayi akan membutuhkan keduanya, baik foremilk maupun hindmilk. Dibawah ini bisa kita lihat perbedaan komposisi antara kolustrum, ASI transisi dan ASI matur.

Transisi
Energi (kgkal)
57,0
63,0
65,0
Laktosa (gr/100 ml)
6,5
6,7
7,0
Lemak (gr/100 ml)
2,9
3,6
3,8
Protein (gr/100 ml)
1,195
0,965
1,324
Mineral (gr/100 ml)
0,3
0,3
0,2
Immunoglubin :



Ig A (mg/100 ml)
335,9
-
119,6
Ig G (mg/100 ml)
5,9
-
2,9
Ig M (mg/100 ml)
17,1
-
2,9
Lisosin (mg/100 ml)
14,2-16,4
-
24,3-27,5
420-520
-
250-270

E.     Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
1 Pengertian IMD
Inisiasi menyusu dini adalah memberikan kesempatan kepada bayi untuk mulai  menyusu sendiri segera setelah bayi dilahirkan. ( Sintha,2008).
Inisiasi Menyusu Dini adalah perilaku pencarian puting payudara ibu sesaat setelah bayi lahir. (Prasetyono,2008)
Masa - masa belajar menyusu dalam satu jam pertama hidup bayi diluar kandungan disebut Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses alami mengembalikan bayi untuk menyusui, yaitu dengan memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan mengisap ASI sendiri, dari satu jam pertama pada awal kehidupannya. (Roesli, 2008).
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah perilaku bayi untuk mencari puting susu ibunya dan melakukan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya ketika satu jam pertama setelah bayi dilahirkan (Baskoro, 2008).
Prinsip dalam Inisiasi Menyusu Dini ( IMD) adalah bayi diberikan kesempatan untuk mengembangkan instingnya dalam menyusu kepada ibunya. Setiap bayi lahir memiliki insting dan refleks yang sangat kuat pada satu jam pertama kelahirannya. Lebih dari 1 jam maka refleks bayi akan menurun dan baru menguat kembali setelah 40 jam. Jadi, sangatlah penting agar tidak melewatkan waktu 1 jam pertama ini.
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang dapat mendorong kita untuk melakukan IMD sesaat setelah bayi dilahirkan :
a.       Percayalah bahwa bayi dapat melakukan ini sendiri. Sebenarnya ada kodrat alami seorang bayi yang baru lahir untuk menyusu pada ibunya.
b.      Ini merupakan tahap awal yang baik,bila ingin memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan pertama. Bayi akan menyukai ASI dan ibu tidak akan kekurangan untuk memberikan ASI dan IMD juga mengurangi rasa nyeri saat harus menyusui.
c.       Jangan mengkhawatirkan bayi kita akan kedinginan karena tanpa pakaian apapun harus dibiarkan selama 1 jam untuk mencari puting susu ibunya. Hal ini karena kulit ibu dapat menghangatkan bayi secara sempurna.
      d.      Inisiasi Menyusu Dini dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi, serta mengurangi tingkat kematian bayi baru lahir.
      e.       Gerakan bayi yang merangkak mencari puting susu dapat menekan rahim dan mengeluarkan hormon yang membantu menghentikan perdarahan ibu.
      f.       Bila bayi melakukan IMD menangis, jangan cepat-cepat menyerah untuk memberikan ASI. Bayi yang menangis belum tentu karena merasa lapar,biarkan bayi menemukan susu sendiri.
      g.      Bila persalinan harus melalui proses Caesar kita tetap dapat melakukan IMD walaupun kemungkinan keberhasilannya hanya 50% daripada persalinan normal.
      h.      IMD dapat meningkatkan ikatan batin antara ibu dan anak.

      F.      ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu kepada bayi umur 0 – 6 bulan tanpa diberikan makanan atau minuman tambahan selain obat untuk terapi ( pengobatan penyakit ).
ASI merupakan satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi , hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan.
ASI adalah sebuah cairan tanpa tanding ciptaan Allah yang memenuhi kebutuhan gizi bayi dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan penyakit. Keseimbangan zat – zat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air susu memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang masih muda. Pada saat yang sama ASI juga sangat kaya akan sari – sari makanan yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan system saraf.
Ibu bekerja bukan alasan untuk tidak memberikan ASI Eksklusif pada bayi, banyak solusi yang ditawarkan untuk tetap memberikan ASI eksklusif, dan yang terpenting di sini adalah perubahan mindset serta komitment sebagai orang tua yang selalu mementingkan kesehatan dan tumbuh kembang bayi.
Ada beberapa hal yang harus diketahui oleh ibu bekerja dalam pemberian ASI Eksklusif yaitu :
1.      Langkah-langkah pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Bekerja
a.       Siapkan ASI perah sekurang-kurangnya 2 minggu sebelum masuk kerja.
b.      ASI perah diberikan dengan sendok / cangkir dan jangan dengan DOT.
c.       Perahlah ASI di tempat kerja tiap 2 - 3 jam. Perbanyak minum terutama sebelum dan sesudah menyusui atau memerah ASI
d.      Letakkan jari telunjuk, jari tengah, dan ibu jari di daerah areola pada posisi jam 6 dan jam 12 atau jam 3 dan jam 9.
e.       Lakukan gerakan tekan - lepas - tekan - lepas sampai payudara terasa kosong.
f.       Lakukan pada kedua payudara selama ± 20 - 30 menit .
g.      Perah ASI tiap 2 - 3 jam, termasuk malam hari.
h.      Simpan ASI perahan dengan tempat tertutup dan beri label (tanggal, jam saat diperah), lalu simpan di kulkas / termos Es.

2. Cara memberikan ASI perah.
a.       Keluarkan ASI perahan dari kulkas, diamkan sampai cair, hangatkan ASI  
dengan cara merendam tempat ASI dalam air panas.
     b.   Ibu / pengasuh duduk nyaman.
     c.   Pegang bayi tegak lurus / setengah tegak di pangkuan ibu.
d. Sentuhkan sendok / cangkir ke bibir bayi.
e. Biarkan bayi menghisap / menjilat ASI.
f. Jangan menuangkan ASI ke mulut bayi.
g. Sendawakan bayi.



TIPS UNTUK MELANCARKAN ASI EKSKLUSIF

1. Pijat Payudara / Breast Massage
                        Perawatan payudara selama hamil berperan besar dalam mewujudkan tercapainya program ASI Eksklusif. Breast massage bertujuan untuk relaksasi dan membantu refleks mengeluarkan ASI. Breast massage sebaiknya dilakukan sedini mungkin yakni saat usia kehamilan 5 - 6 bulan. Dan jika umur kehamilan telah memasuki trimester ke-3, breast massage tidak boleh dilakukan karena dapat menimbulkan kontraksi rahim. Breast massage dapat dilakukan lagi setelah si buah hati lahir.
                  Cara Breast massage :
                        Bersihkan payudara dengan air hangat, lalu pijat dengan menggunakan minyak (baby oil atau minyak kelapa / VCO). Pijat payudara dalam beberapa menit dari arah pangkal (atas) payudara menuju puting (bawah) dengan gerakan memutar pada satu area payudara. Lakukan hal yang sama pada area payudara yang lain . Pijat bagian atas dan bawah payudara dari arah pangkal ke arah puting, kemudian lanjutkan gerakan yang sama pada bagian samping payudara dari dada ke arah putting.

2.      Perawatan puting dan usaha menyusui secara langsung
                  Puting susu menjadi salah satu faktor pendukung keberhasilan pemberian ASI Eksklusif, tidak jarang ibu merasakan putus asa untuk memberi ASI oleh karena masalah puting susu seperti misalnya puting susu lecet, puting susu gepeng, datar ataupun radang pada payudara yang sering disebut mastitis. Masalah tersebut dapat diatasi dengan cara melakukan perawatan secara rutin pada puting susu, dan usahakan menyusui secara langsung.

3.      Asupan Nutrisi yang optimal
                  Nutrisi optimal merupakan salah satu modal persiapan menyusui. Konsumsi makanan yang bergizi tinggi dapat menghasilkan kualitas ASI yang baik sehingga dapat mencukupi kebutuhan Gizi pada bayi.

4.      Ubah mindset dan cari dukungan
                  Perubahan pola pikir dapat menumbuhkan keyakinan pemberian ASI eksklusif. Karena pikiran positif akan menghasilkan hal yang positif, jadi pada saat anda memutuskan untuk memberikan ASI Eksklusif pada bayi anda, maka yakinlah bahwa pasti dapat melaksanakan dengan optimal. Selain perubahan pola pikir juga sangat penting adanya dukungan dari lingkungan kerja.
                  Lingkungan kerja yang baik adalah lingkungan kerja yang mendukung keberhasilan ASI Eksklusif, dengan menyediakan fasilitas, sarana pemberian ASI, serta disediakan waktu untuk memerah atau memberikan ASI kepada bayinya.

5.      Rajin mencari informasi
                  ASI harus diperah minimal tiap 1 - 3 jam sekali, semakin sering diperah maka produksi ASI akan semakin meningkat. Produksi ASI sudah dirancang tidak lebih dan tidak kurang pada setiap bayi. Jika terjadi masalah dengan menyusu, dan masalah pemberian ASI sebaiknya dapat diatasi secara mandiri, maka dari itu seorang ibu harus lebih rajin membaca dan mencari informasi tentang cara menangani masalah menyusui, bahkan Anda bisa menjadi sumber informasi untuk masyarakat sekitar anda.
                  Ingatlah bahwa pemberian ASI secara maksimal maka secara otomatis sang ibu telah mentransfer imunitas kepada bayi. Dan keputusan untuk menyusui bayi anda secara eksklusif merupakan keputusan yang sangat bijaksana.

G.    Manfaat Pemberian ASI
Memberikan ASI sangatlah penting dilakukan oleh seorang ibu minimal hingga bayinya berusia 6 bulan. Berikut merupakan manfaat pemberian ASI menurut Kristiyansari (2009):
1.      Manfaat ASI bagi bayi
a.       Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik. Bayi yang mendapat ASI memiliki kenaikan berat badan yang baik setelah lahir, pertumbuhan setelah periode perinatal baik, dan mengurangi kemungkinan obesitas.
b.      Mengandung antibodi. Apabila ibu mengalami infeksi, maka tubuh ibu akan membentuk antibodi dan disalurkan dengan bantuan jaringan limfosit. Antibodi di payudara disebut Mammae Associated Immunocompetent Lymphoid Tissue (MALT).
c.       ASI mengandung komposisi yang tepat. ASI terdiri dari proporsi seimbang dan cukup kuantitas semua zat gizi yang diperlukan untuk kehidupan 6 bulan pertama.
d.      Mengurangi karies dentis.
e.       Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi. Hubungan fisik ibu dan bayi, kontak kulit ibu ke kulit bayi yang mengakibatkan perkembangan psikomotor maupun sosial yang baik.
f.       Terhindar dari alergi. Pada bayi baru lahir, sistem IgE belum sempurna, pemberian protein asing yang ditunda sampai usia 6 bulan mengurangi resiko alergi.
g.      Meningkatkan kecerdasan bayi. Lemak pada ASI adalah lemak tak jenuh yang mengandung omega 3 untuk pematangan sel-sel otak.
h.      Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi karena gerakan menghisap mulut bayi pada payudara.

2.       Manfaat ASI bagi ibu 
a.       Aspek kontrasepsi
Hisapan mulut bayi pada putting merangsang ujung syaraf sensorik sehingga post anterior hipofise mengeluarkan prolaktin, yang akan masuk ke indung telur, menekan produksi estergen sehingga tidak terjadi ovulasi. Pemberian ASI membrikan 98% metode kontrasepsi yang efisien selama 6 bulan pertama dengan metode ASI eksklusif dan belum menstruasi.
b.      Aspek keselamatan ibu
Isapan bayi merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar hipofisis, yang membantuinvolusi uterusdan mencegah pendarahan post partum. Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan post partum mengurangi resiko anemia defisiensi besi.
c.       Aspek penurunan berat badan
Dengan menyusui, tubuh akan menghasilkan ASI lebih banyak sehingga timbunan lemak akan terpaki.
d.      Aspek psikologis
Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.
3.      Manfaat ASI bagi keluarga
a.       Aspek ekonomi
ASI tidak perlu dibeli, dan bayi yang mendapat ASI cenderung lebih sehat sehingga mengurangibiaya berobat jika sakit.
b.      Aspek psikologi
Kebahagiaan keluarga bertambah karena kelahiran lebih jarang sehingga suasana kejiwaan keluarga terpenuhi.
c.       Aspek kemudahan
ASI dapat diberikan di mana saja, kapan saja. Tidak memerlukan perwatan dot dan sebagainya.
4.      Manfaat ASI bagi negara
a.       Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi
Beberapa penelitian epidemiologis menyatakan bahwa ASI melindungi bayi dari penyakit infeksi, misalnya diare, otitis media, dan sebagainya.
b.      Menghemat devisa negara
Jika semua ibu menyusui, diperkiraka dapat menghemat devisa sebesar 8,6 milyar yang seharusnya digunakan untuk membeli susu formula.
c.       Menurangi subsidi untuk rumah sakit
Rawat gabung akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi mengurangi komplikasi nosokomial serta mengurangi biaya perawatan anak sakit.
d.      Peningkatan kualitas generasi penerus
Anak yang mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara optimal sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin.

H.    Masalah-Masalah dalam Pemberian ASI


a.       Payudara Bengkak (Engorgement)
Sekitar hari ketiga atau keempat sesudah ibu melahirkan, payudara sering terasa lebih penuh, tegang, serta nyeri. Keadaan seperti itu disebut engorgement (payudara bengkak) yang disebabkan oleh adanya statis di vena dan pembuluh darah bening. Hal ini merupakan tanda bahwa ASI mulai banyak disekresi.
Apabila dalam keadaan tersebut ibu menghindari menyusui karena alasan nyeri lalu memberikan prelacteal feeding (makanan tambahan) pada bayi, keadaan tersebut justru berlanjut. Payudara akan bertambah bengkak atau penuh karena sekresi ASI terus berlangsung sementara bayi tidak disusukan sehingga tidak terjadi perangsangan pada puting susu yang mengakibatkan refleks oksitosin tidak terjadi dan ASI tidak dikeluarkan.
 Jika hal ini terus berlangsung, ASI yang disekresi menumpuk pada payudara dan menyebabkan areola (bagian berwarna hitam yang melingkari puting) lebih menonjol, puting menjadi lebih datar dan sukar dihisap oleh bayi ketika disusukan. Bila keadaan sudah sampai seperti ini, kulit pada payudara akan nampak lebih merah mengkilat, terasa nyeri sekali dan ibu merasa demam seperti influenza.
Untuk mencegah terjadinya payudara bengkak, beberapa cara yang dianjurkan antara lain sebagai berikut :
1)      Susukan bayi segera setelah lahir, apabila keadaan memungkinkan
2)      Susukan bayi tanpa dijadwal (on demand / sesuka bayi)
3)      Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi.
4)      Lakukan perawatan payudara pasca persalinan secara teratur
5)      Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek, sehingga puting lebih mudah ditangkap/diisap oleh bayi.
6)      Berikan kompres dingin untuk mengurangi rasa sakit pada payudara.
7)      Berikan kompres hangat sebelum menyusui untuk memudahkan bayi mengisap (menangkap) puting susu.
8)      Lakukan pengurutan (masase) payudara yang dimulai dari puting ke arah payudara untuk mengurangi peningkatan peredaran darah dan terjadinya statis di pembuluh darah dan pembuluh getah bening dalam payudara
b.      Kelainan Puting Susu
Kebanyakan ibu tidak memiliki kelainan anatomis payudara. Meskipun demikian, kadang-kadang dijumpai juga kelainan antomis yang menghambat kemudahan bayi untuk menyusui, misalnya puting susu datar atau puting susu terpendam (tertarik ke dalam). Disamping kelainan anatomis, kadang dijumpai pula kelainan puting yang disebabkan oleh suatu proses, misalnya tumor.
1)      Puting Susu Datar
Apabila areola dijepit antara jari telunjuk dan ibu jari di belakang puting, puting yang normal akan menonjol keluar, bila tidak, berarti puting datar. Ketika menyusui puting menjadi lebih tegang dan menonjol karena otot polos puting berkontraksi, meskipun demikian pada keadaan puting datar akan tetap sulit ditangkap/diisap oleh mulut bayi.
2)      Puting Susu Terpendam (tertarik ke dalam)
Sebagian atau seluruh puting susu tampak terpendam atau masuk ke dalam areola (tertarik ke dalam). Hal ini karena ada sesuatu di bawahnya yang menarik puting ke dalam, misalnya tumor atau penyempitan saluran susu. Kelainan puting tersebut seharusnya sudah dapat diketahui sejak hamil atau sebelumnya sehingga dapat diperbaiki dengan meletakkan kedua jari telunjuk atau ibu jari di daerah payudara, kemudian dilakukan pengurutan menuju ke arah berlawanan. Perlu diketahui bahwa tidak semua kelainan tersebut di atas dapat dikoreksi dengan cara tersebut. Untuk itu, ibu menyusui dianjurkan untuk mengeluarkan ASI-nya dengan manual (tangan) atau pompa kemudian diberikan pada bayi dengan sendok/pipet/gelas.
c.       Putting Susu Nyeri (Sore Nipple) dan Putting Susu Lecet (Cracked Nipple)
Puting susu nyeri pada ibu menyusui biasanya terjadi karena beberapa sebab sebagai berikut:
1)      Posisi bayi saat menyusu yang salah, yaitu puting susu tidak masuk kedalam mulut bayi sampai pada areola sehingga bayi hanya mengisap pada puting susu saja. Hisapan/tekanan terus menerus hanya pada tempat tertentu akan menimbulkan rasa nyeri waktu diisap, meskipun kulitnya masih utuh.
2)      Pemakaian sabun, lotion, cream, alkohol dan lain-lain yang dapat mengiritasi puting susu
3)      Bayi dengan tali lidah (frenulum linguae) yang pendek sehingga menyebabkan bayi sulit mengisap sampai areola dan isapan hanya pada putingnya saja.
4)      Kurang hati-hati ketika menghentikan menyusu (mengisap).
Puting susu nyeri biasanya dapat disembuhkan setelah memperhatikan tehnik menyusui yang benar, khususnya letak puting dalam mulut bayi, yaitu bibir bayi menutup areola sehingga tidak nampak dari luar, puting di atas lidah bayi, areola di antara gusi atas dan bawah. Untuk menghindari puting susu nyeri atau lecet, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a)      Tidak membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol, lotion, cream, dan obat-obat yang dapat mengiritasi.
b)      Sebaiknya selesai menyusukan untuk melepaskan hisapan bayi, tekanlah dagu bayi atau pijit hidungnya atau masukkan jari kelingking ibu yang bersih ke mulut bayi.
c)      Ibu dianjurkan tetap menyusui bayinya mulai dari puting yang tidak sakit serta menghindari tekanan lokal pada puting dengan cara merubah-rubah posisi menyusui. Untuk puting yang sakit dianjurkan mengurangi frekuensi dan lamanya menyusui.
Apabila dengan tindakan tersebut di atas puting  tetap nyeri, sebaiknya dicari sebab-sebab lain (misalnya moniliasis). Puting susu lecet/luka akan memudahkan terjadinya infeksi pada payudara (mastitis).
d.      Saluran Susu Tersumbat (Obstructive Duct)
Saluran susu tersumbat (obstructive duct) adalah suatu keadaan dimana terjadi sumbatan pada satu atau lebih saluran susu yang disebabkan oleh tekanan jari waktu menyusui atau pemakaian BH yang terlalu ketat. Hal ini juga dapat terjadi karena komplikasi payudara bengkak yang berlanjut yang mengakibatkan kumpulan ASI dalam saluran susu tidak segera dikeluarkan sehingga merupakan sumbatan. Sumbatan ini pada wanita yang kurus dapat terlihat dengan jelas sebagai benjolan yang lunak pada perabaannya.
Untuk mengatasi terjadinya saluran susu tersumbat (obstructive duct) ada beberapa hal yang dianjurkan, antara lain:
1)      Sebaiknya ibu melakukan perawatan payudara setelah melahirkan dengan teratur agar tidak terjadi stasis dalam payudara yang mengakibatkan terjadinya radang payudara (mastitis)
2)      Gunakan BH dengan desain menopang (menyangga), bukan menekan payudara.
3)      Keluarkan ASI setiap kali selesai menyusui bila payudara masih terasa penuh.
Sumbatan saluran susu ini harus segera diatasi karena dapat berlanjut menjadi radang payudara (mastitis). Untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak pada payudara dapat diberikan kompres hangat dan dingin, yaitu kompres hangat sebelum menyusui dengan tujuan mempermudah bayi mengisap puting susu dan kompres dingin setelah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak pada payudara.

e.       Radang Payudara (Mastitis)
Radang payudara (mastitis) adalah infeksi yang menimbulkan reaksi sistemik (seperti demam) pada ibu. Hal ini biasanya terjadi pada 1-3 pekan setelah melahirkan dan sebagai komplikasi saluran susu tersumbat. Keadaan ini biasanya diawali dengan puting susu lecet/luka. Gejala-gejala yang bisa diamati pada radang payudara antara lain kulit nampak lebih merah, payudara lebih keras serta nyeri dan berbenjol-benjol (merongkol).
Untuk mengatasi hal tersebut di atas, ibu perlu dianjurkan agar tetap menyusui bayinya supaya tidak terjadi stasis dalam payudara yang cepat menyebabkan terjadinya abses. Ibu perlu mendapatkan pengobatan (Antibiotika, antipiretik/penurun panas, dan analgesik/pengurang nyeri) serta banyak minum dan istirahat untuk mengurangi reaksi sistemik (demam). Bilamana mungkin, ibu dianjurkan melakukan senam laktasi (senam menyusui) yaitu menggerakkan lengan secara berputar sehingga persendian bahu ikut bergerak ke arah yang sama. Gerakan demikian ini akan membantu memperlancar peredaran darah dan limfe di daerah payudara sehingga statis dapat dihindari yang berarti mengurangi kemungkinan terjadinya abses payudara.
f.       Abses Payudara
Kelanjutan/komplikasi dari radang payudara akan menjadi abses. Hal ini disebabkan oleh meluasnya peradangan dalam payudara tersebut dan menyebabkan ibu tampak lebih parah sakitnya, payudara lebih merah mengkilap, benjolan tidak sekeras seperti pada radang payudara (mastitis), tetapi tampak lebih penuh/bengkak berisi cairan. Bila payudara seperti ini perlu segera diperiksakan ke dokter ahli supaya mendapat tindakan medis yang cepat dan tepat. Mungkin perlu dilakukan tindakan insisi untuk drainase, pemberian antibiotik dosis tinggi dan anlgesik.
Ibu dianjurkan banyak minum dan istirahat. Bayi dihentikan untuk menyusui sementara waktu pada payudara sakit dan setelah sembuh dapat disusukan kembali. Akan tetapi, bayi tetap bisa menyusui pada payudara yang sehat tanpa dijadwal (sesuka bayi).
g.      Air Susu Kurang
Masih banyak ibu mengira bahwa mereka tidak mempunyai cukup banyak ASI untuk bayinya, sehingga keinginan untuk menambah susu formula atau makanan tambahan sangat besar. Dugaan makin kuat apabila bayi sering menangis, ingin selalu menyusu pada ibunya dan terasa kosong/lembek meskipun produksi ASI cukup lancar.
Menilai kecukupan ASI sebenarnya bukan dari hal tersebut di atas tapi terutama dari berat badan bayi. Apabila ibu mempunyai status gizi yang baik, cara menyusui benar, secara psikologis percaya diri akan kemauan dan kemampuan untuk bisa menyusui bayinya serta tidak ada kelainan pada payudaranya maka akan terjadi kenaikan berat badan pada 4-6 bulan pertama usia bayi.  Hal ini dapat dilihat dari KMS (Kartu Menuju Sehat) yang diisi setiap kali penimbangan di Posyandu. Apabila tidak terjadi kenaikan berat badan bayi sesuai dengan usianya biasanya hal ini disebabkan oleh jumlah ASI yang tidak mencukupi sehingga diperlukan tambahan sumber gizi yang lain.


Masalah pada bayi dapat berupa bayi sering menangis, bingung puting, bayi dengan kondisi tertentu seperti BBLR, ikterus, bibir sumbing, bayi kembar, bayi sakit, bayi dengan lidah pendek (lingual frenulum), bayi yang memerlukan perawatan.
a.       Bayi Sering Menangis
Tangisan bayi dapat dijadikan sebagai cara berkomuniksi antara ibu dan buah hati. Pada saat bayi menangis, maka cari sumber penyebabnya. Dan yang paling sering karena kurang ASI.
b.      Bayi Bingung Puting (Nipple Confusion)
Bingung Puting (Nipple Confusion) terjadi akibat pemberian susu formula dalam botol yang berganti-ganti. Hal ini akibat mekanisme menyusu pada puting susu ibu berbeda dengan mekanisme menyusu pada botol. Menyusu pada ibu memerlukan kerja otot-otot pipi, gusi, langit-langit dan lidah. Sedangkan menyusu pada botol bersifat pasif, tergantung pada faktor pemberi yaitu kemiringan botol atau tekanan gravitasi susu, besar lubang dan ketebalan karet dot.
Tanda bayi bingung puting antara lain:
1)      Bayi menolak menyusu.
2)      Isapan bayi terputus-putus dan sebentar-bentar.
3)      Bayi mengisap puting seperti mengisap dot.
Hal yang perlu diperhatikan agar bayi tidak bingung puting antara lain:
a)      Berikan susu formula menggunakan sendok ataupun cangkir.
b)      Berikan susu formula dengan indikasi yang kuat.
c.       Bayi dengan BBLR dan Bayi Prematur
Bayi dengan berat badan lahir rendah, bayi prematur maupun bayi kecil mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya lemah. Oleh karena itu, harus segera dilatih untuk menyusu.
Bila bayi dirawat di rumah sakit, harus lebih sering dijenguk, disentuh dengan kasih sayang dan bila memungkinkan disusui.
d.      Bayi dengan Ikterus
Ikterik pada bayi sering terjadi pada bayi yang kurang mendapatkan ASI. Ikterik dini terjadi pada bayi usia 2-10 hari yang disebabkan oleh kadar bilirubin dalam darah tinggi. Untuk mengatasi agar tidak terjadi hiper bilirubinemia pada bayi maka:
1)      Segeralah menyusui bayi setelah lahir.
2)      Menyusui bayi, sesering mungkin tanpa jadwal dan on demand.
Oleh karena itu, menyusui dini sangat penting karena bayi akan mendapat kolustrum. Kolustrum membantu bayi mengeluarkan mekonium, bilirubin dapat dikeluarkan melalui feses sehingga mencegah bayi tidak kuning.
e.       Bayi dengan Bibir Sumbing
Bayi dengan bibir sumbing tetap masih bisa menyusu. Pada bayi dengan bibir sumbing pallatum molle (langit-langit lunak) dan pallatum durum (langit-langit keras), dengan posisi tertentu masih dapat menyusu tanpa kesulitan. Meskipun bayi terdapat kelainan, ibu harus tetap menyusui karena dengan menyusui dapat melatih kekuatan otot rahang dan lidah. Anjuran menyusui pada keadaan ini dengan cara:
1)      Posisi bayi duduk.
2)      Saat menyusui, puting dan areola dipegang.
3)      Ibu jari digunakan sebagai penyumbat celah pada bibir bayi.
4)      Asi perah diberikan pada bayi dengan labiopalatoskisis (sumbing pada bibir dan langit-langit).
f.       Bayi Kembar
Posisi yang dapat digunakan pada saat menyusui bayi kembar adalah dengan posisi memegang bola (football position). Pada saat menyusui secara bersamaan, bayi menyusu secara bergantian. Susuilah bayi sesering mungkin. Apabila bayi ada yang dirawat di rumah sakit, berikanlah ASI peras dan susuilah bayi yang ada dirumah. Agar ibu dapat beristirahat maka sebaiknya mintalah bantuan pada anggota keluarga atau orang lain untuk mengasuh bayi Anda.
g.       Bayi Sakit
Bayi sakit dengan indikasi khusus tidak diperbolahkan mendapatkan makanan per oral, tetapi pada saat kondisi bayi sudah memungkinkan maka berikan ASI. Menyusui bukan kontraindikasi pada bayi sakit dengan muntah-muntah ataupun diare. Posisi menyusui yang tepat dapat mencegah timbulnya muntah, antara lain dengan posisi duduk. Berikan ASI sedikit tapi sering kemudian sendawakan. Pada saat bayi akan ditidurkan, posisikan tengkurap atau miring kanan untuk mengurangi bayi tersedak karena regurgitasi.
h.      Bayi dengan Lidah Pendek (Lingual Frenulum)
Bayi dengan lidah pendek atau lingual frenulum (jaringan ikat penghubung lidah dan dasar mulut) yang pendek dan tebal serta kaku tak elastis, sehingga membatasi gerak lidah dan bayi tidak dapat menjulurkan lidahnya untuk “mengurut” puting dengan optimal.
Akibat lidah bayi tidak sanggup “memegang” puting dan areola dengan baik, maka proses laktasi tidak dapat berjalan dengan sempurna. Oleh karena itu, ibu dapat membantu dengan menahan kedua bibir bayi segera setelah bayi dapat “menangkap” putting dan areola dengan benar. Kemudian posisi kedua bibir bayi dipertahankan agar tidak berubah-ubah.
i.        Bayi yang Memerlukan Perawatan
Pada saat bayi sakit dan memerlukan perawatan, padahal bayi masih menyusu, sebaiknya ibu tetap merawat dan memberikan ASI. Apabila tidak terdapat fasilitas, maka ibu dapat memerah ASI dan menyimpannya. Cara penyimpanan ASI perahpun juga perlu diperhatikan, agar tidak mudah basi.


















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Jaringan payudara terentang dari sekitar iga ke 2 sampai ke 6 (Bergantung pada kostur). Pada awal kehamilan, ukuran payudara dan pigmentasi Aerola meningakt Tuberkel Montgomery membesar dan puting payudara menjadi tegak. Aliran darah ke payudara berlipat dua sehingga pembuluh darah menjadi jelas, dan kulit mungkin tampak seperti marmer tpaslusen.
Struktur buah dada teridiri atas bahan kelenjar susu atau jaringan lemak, cairan susu / kolostrum yang dihasilkan oleh ibu dalam 24 – 35 jam pertama setelah melahirkan mengandung banyak gizi dan zat – zat pertahanan tubuh. Laktasi adalah Proses produksi, sekresi, dan pengeluaran ASI. Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat komplek antara rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon.

B.     Saran
Bagi ibu menyusui perawatan puting susu merupakan hal yang sangat penting sehingga harus dibersihkan. Sebagai seorang wanita harus menjaga organ refroduksi terutama payudara agar dapat terhindar dari penyakit yang menyerang payudara. Selain itu dengan merawat payudara kitaterutama pada seorang Ibu maka zat gizi yang di perlukan bayinya akan terpenuhi dengan baik, sehingga pertumbuhan bayi dapat berjalan dengan lancar.









DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra.
Evulanda, Ayu F. 2011. Biologi Reproduksi. Jakarta : Salemba Medika.
Kristiyanasari, W. 2009. ASI, Menyusui dan Sadari. Yogyakarta : Nuha medika.
Marimbi, H. 2010. Biologi Reproduksi. Yogyakarta : Nuha Medika.
Maryunani, A. 2010. Biologi Reproduksi dalam Kebidanan. Jakarta : CV Trans Info Media.
Roesli, U. 2005. Panduan Praktis Menyusui. Jakarta: Puspaswara.
Saryono. 2009. Biokimia Reproduksi. Yogyakarta : Mitra Cedika.